Renungan Harian APP KAJ 2017 - Servant of The Servant of God
Terakhir diperbaharui: 15 March 2017
Rabu, 15 Maret 2017
Hari biasa Pekan II Prapaskah
Yer 18: 18-20; Mzm. 31:5-6, 14, 15-16;
Mat. 20:17-28
“Anak manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” (Mat. 20:28)
Abdi para Abdi Allah (Servus Servorum Dei), atau Servant of the Servants of God adalah semangat pelayanan yang dimiliki oleh Paus. Secara sederhana ketika mendengar kalimat tersebut hatiku terasa damai. Sebuah keutaman hidup yang didasarkan pada salah satu nilai Kerendahan hati, salah satunya. Seorang Paus, sebagai pemimpin umat katolik seluruh dunia dengan semangat pelayanan dengan penuh kerendahan hati. Mengalirlah di sana bahasa kasih, pengampunan, mengalah, dan damai. Tak ada arogansi. Tak ada ambisi manusiawi. Tak terjebak pada motivasi tuk menguasai dan membenci. Tak ada kehendak untuk menjatuhkan dan merendahkan. Namun semuanya dengan bahasa pengampunan dan belas kasih.
Rasanya, semangat keutamaan dari seorang pelayan Tuhan ini bisa menjadi inspirasi kita. Baik dalam keluarga yang kita cintai, dalam dunia kerja ataupun bentuk-bentuk pelayanan kita yang lainnya. Sebab rasanya sangat sulit dizaman sekarang untuk dapat memiliki hati yang bijaksana. Jangankan bijaksana, memiliki hati yang mau mengalah pun sangat tidak mudah. Yang paling mudah adalah hati yang terbawa emosi. Mudah tersulut amarah dan rasa benci. Dan jika sudah demikian, maka yang ada adalah memusuhi dan balas dendam. Mungkin jika salah satunya kita tarik dalam konteks pelayanan, begitu mudahnya kita “mutung” jika apa yang tejadi tak seperti yang kita harapkan.
“Buat apa susah-susah lagi pelayanan kayak begini, jika hasilnya tidak ada yang menghargai. Sudah tidak dibayar, banyak berkorban lagi. Buang-buang waktu tampaknya. Sudahlah, cukup sampai di sini saja”. Terkadang saya masih mendengar ungkapan-ungkapan yang bernada demikian.Memang dalam hidup ini kita membutuhkan proses. Tak mudah matang begitu saja. Kita sungguh mengalami pengalaman jatuh bangun. Demikian juga dengan bentukbentuk pelayanan kita. Sangat tidak mudah. Membutuhkan waktu yang tidak pendek. Mari kita tilik bentuk-bentuk pelayanan yang kita emban sampai sekarang. Sejauh maka kita menjalankannya? Dalam dasar apa kita melakukan semuanya itu. Entah sebagai ketua RT, sebagai seorang romo, suster, sebagai prodiakon, lektor, ketua lingkungan atau sebagai pribadi-pribadi yang terlibat dalam seksi-seksi tertentu yang ada di paroki. Atau bentuk-bentuk pelayanan yang lainnya. Jika sampai saat ini kita sungguh menjalankan semuanya itu dengan semangat kerendahan hati, bersyukurlah. Pasti banyak berkat dan siraman rohani yang Tuhan berikan pada kita. Walau memang terkadang, pelayanan kita yang demikian tak terlepas dari pengalaman untuk harus berkorban dalam banyak hal. Entah dari sisi waktu, tenaga, pikiran dan bentuk-bentuk yang lainnya. Namun, semua itu tidak kita hiraukan. Kita tidak hitunghitung dalam pelayanan.
Indahnya jika segala pelayanan yang kita lakukan kita maknai sebagai “jalan” dari Tuhan. Jadi, lambat laun kita memaknai semua itu bukan dengan jalan pikir secara manusiawi. Melainkan selalu kita pandang dan maknai dari kaca mata Ilahi. Rasanya ini tidak terlalu muluk-muluk. Dan inilah yang dikehendaki oleh Yesus dalam bacaan Injil hari ini. Yesus melihat ada motivasi-motivasi yang tidak benar dari orang-orang yang mengikuti dia. maka, Yesus ingin meluruskan mereka. Janganlah berbicara tentang apa kelak yang akan kamu dapat dalam pelayananmu. Melainkan teruslah melayani dengan kemurahan hati. Tidak tebang pilih. Jangan mengharapkan imbalan apalagi mencari pujian. Jika kita bertahan pada hal yang demikian, niscaya Tuhan selalu ada di pihak kita. Dan Tuhan akan memberikan yang terindah di akhir hidup kita.
Pertanyaan reflektif:
Seberapa besar saya mempunyai semangat sebagai HAMBA dalam segala aktifitas dan pelayanan?
Marilah berdoa:
Tuhan, perbaharuilah semangat pelayanan kami. Semangat hidup kami. Agar kami menjadi pelayan yang seperti Kau kehendaki. Siap berkorban dan tak haus dengan pujian. Demi Kristus Tuhan dan penyelamat kami. Amin.
(RD Romanus Heri Santoso)
Anda merasa konten halaman ini menarik & bermanfaat juga bagi orang lain?
Yuk, bantu sebarkan kabar baik! Like & Share halaman ini dengan KLIK tombol di bawah ini: