Kamis, 1 Maret 2018
Hari Biasa Pekan II Prapaskah
Yer. 17: 5-10; Mzm. 1:1-2, 3,4,6; Luk. 16: 19-31
MILIKI HATI YANG PEDULI
Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku? (Luk. 16:24)
Suatu ketika ada seorang Bapak bercakap-cakap dengan saya. Dalam salah satu percakapan tersebut dia berkata,”Kita itu ya Romo, kalo mau peduli jangan pilih-pilih”. Perkataan itu bagi saya mengena. Karena sungguh saya tahu bahwa Bapak ini pribadi yang tulus dan murah hati. Sehingga perkataannya itu sungguh ber nas buat saya dan bahkan banyak orang. Yang namanya peduli itu untuk semua orang tanpa kecuali, khususnya bagi mereka yang tersingkirkan dan menderita. Membangun semangat peduli menjadi keutamaan terus-menerus yang harus diusahakan. Mengapa orang kaya dalam kisah Lazarus tersebut tak tergerak hatinya tuk peduli. Tentunya mungkin akan banyak penafsiran. Namun, bagi saya salah satunya adalah kurangnya hati yang tergerak untuk peduli. Sehingga ia “dalam kebutaan hati.” Dan dalam kisah tersebut, Yesus menggambarkan bagaimana akibatnya jika hati terjebak pada ketakpedulian? Akan mengalami “ketakdamaian” di sorga. Ada sebuah kisah demikian:
Ada suami istri petani pulang kerumah setelah berbelanja. Seekor tikus memperhatikan makanan apa lagi yang dibawa mereka dari pasar??” Ternyata, salah satu yang dibeli oleh petani ini adalah Perangkap Tikus. Sang tikus kaget bukan kepalang. Ia segera berlari menuju kandang, mendatangi ayam dan berteriak “ada perangkap tikus”. Sang Ayam berkata “Tuan Tikus, Aku turut bersedih, tapi itu tidak berpengaruh padaku”. Sang Tikus lalu pergi menemui seekor Kambing sambil berteriak. Sang Kambing pun berkata “Aku turut bersimpati, tapi tidak ada yg bisa aku lakukan”. Tikus lalu menemui Sapi. Ia mendapat jawaban sama. “Maafkan aku. Tapi perangkap tikus tidak berbahaya buat aku sama sekali”. Ia lalu lari ke hutan dan bertemu Ular. Sang ular berkata “Perangkap Tikus yang kecil tidak akan mencelakai aku”. Akhirnya Sang Tikus kembali kerumah dengan pasrah mengetahui kalau ia akan menghadapi bahaya sendiri. Suatu malam, pemilik rumah terbangun mendengar suara keras perangkap tikusnya berbunyi menandakan telah memakan korban. Ketika dilihat perangkap tikusnya, ternyata seekor ular berbisa. Buntut ular terperangkap membuat ular semakin ganas dan menyerang istri pemilik rumah. Walaupun sang Suami sempat membunuh ular tersebut, sang Istri tetap harus di bawa ke rumah sakit. Beberapa hari kemudian istrinya demam. Ia lalu minta dibuatkan sop ceker ayam oleh suaminya. Dengan segera ia menyembelih ayamnya untuk dimasak cekernya. Tetapi sakit sang Istri tak kunjung reda. Seorang teman menyarankan untuk makan hati kambing. Ia lalu menyembelih kambing untuk mengambil hatinya. Istrinya tidak sembuh dan akhirnya meninggal dunia. Banyak sekali orang datang pada saat pemakaman. Sehingga sang Petani harus menyembelih sapinya untuk memberi makan para pelayat. Dari kejauhan sang Tikus menatap dengan penuh kesedihan. Beberapa hari kemudian ia melihat Perangkap Tikus tersebut sudah tidak digunakan lagi.
Melalui kisah diatas, ditunjukkan, sebenarnya di sekitar kita banyak orang-orang yang juga dalam kesulitan. Membutuhkan uluran hati dan tangan kita tuk peduli akan hidupnya. Tetapi kerap kali kita diam saja. Kerap kali kita masa bodoh. Kerap kali kita cuek. Beranilah tuk membantunya. Maka, SUATU HARI, KETIKA ANDA MENDENGAR SESEORANG DALAM KESULITAN DAN MENGIRA ITU BUKAN URUSAN ANDA… LEBIH BAIK PIKIRKANLAH LAGI!
Pertanyaan reflektif
Apakah Anda tergerak untuk membantu orang-orang yang sedang mengalami kesulitan?
Marilah berdoa
Tuhan, syukur bagi kami, karena Engkau telah menanamkan daya kasih nan peduli dalam hati kami. Namun, tak jarang hati kami menjadi tak tajam lagi tuk tergerak membantu nan peduli pada sesama kami. Semoga kami kembali mau peduli bagi orang-orang disekitar kami, demi Kristus Tuhan dan penyelamat kami. Amin.
(P. Romanus Heri Santoso, PR)
Disalin dari buku Renungan Harian Aksi Puasa Pembangunan 2018 KAJ