Jumat, 23 Maret 2018
Hari Biasa Pekan V Prapaskah
Yer.20:10-13; Mzm. 18:2-3a, 3bc-4, 5-6, 7; Yoh.10:31-42
JANGAN TAKUT BERBUAT BAIK
"Tuhan menyertai aku seperti pahlawan yang gagah."(Yer.20:11)
Setelah kasus pemilihan kepala daerah di DKI Jakarta 2017 lalu yang menghebohkan, banyak warga Jakarta yang belum “move on”. Seorang ibu berkata,”Romo, bagaimana kami bisa move on, melihat Gubernur yang bekerja keras masuk penjara, sementara gubernur baru sudah menjadi bahan pergunjingan sejak awal beliau memberi pidato sambutan pertama sebagai gubernur. Sedih rasanya melihat pemimpin Jakarta seperti sekarang ini.”
Rasa kecewa menjadi bagian dari kehidupan manusia yang dinamis. Persoalannya apakah aku tetap tenggelam dalam “kekecewaan” dan tidak berbuat apa-apa? Atau apakah aku bisa “move on”, bangkit dari puing puing kekecewaan dan melihat masa depan dengan harapan? Bacaan pertama dari kitab Yeremia mengajak kita untuk tidak perlu takut dan kuatir memandang masa depan. Tuhan akan senantiasa menyerta kita seperti pahlawan yang gagah, sekalipun kegentaran datang dari segala jurusan.
Perjuangan bisa tetap diteruskan dengan banyak cara tanpa harus melawan cinta kasih. Dan perlu diingat sekalipun kita sudah “move on” pun, relasi dengan Allah tetap harus terus dijaga. Injil dengan jelas menyapa kita :” supaya kita boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa ada dalam Aku dan Aku di dalam Bapa.”
Masa pertobatan adalah masa untuk menaruh harapan pada Allah yang begitu kasih, masa untuk mulai bangkit dan menata kembali semua kekuatiran dan kecemasan kita, agar kita tidak dikuasai oleh ketakutan itu.
Pertanyaan reflektif
Apakah Anda masih membiarkan diri diliputi rasa takut untuk bertobat?
Marilah berdoa
Ya Tuhan, berikanlah rahmat untuk bebas dari kekuatiran dan kecemasan untuk melihat masa depan bangsa ini. Semoga Roh kebijaksanaan senantiasa membantu kami untuk mengerti dan memahami berbagai persoalan bangsa ini dengan lebih arif dan bijaksana dan Roh keberanian senantiasa menginspirasi kami untuk melawan ketakutan dan akhirnya kami bisa kembali bangkit dan “move on” dalam membangun persaudaraan dalam hidup berbangsa dan bermasyarakat. Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami. Amin.(P. H. Sridanto Aribowo, Pr)