Ibu-ibu Paroki Santo Yohanes Bosco bekerja sama dengan Lovely Hands dan Ad Familia Indonesia mengadakan Parenting Seminar pada hari Minggu, 20 Mei 2018 di Aula Mazzarello. Acara ini diadakan bagi mereka yang ingin ikut serta dalam mengenal, mendampingi dan mengembangkan Anak Berkebutuhan Khusus.
Beberapa Anak Berkebutuhan Khusus beserta orang tuanya hadir berbagi pengalaman mereka.
Tiffany Komara yang merupakan seorang pelukis didiagnosis autis saat berusia 5 tahun. Tiffany pernah bersekolah sampai SMP kelas 2 di sekolah regular. Dia bisa berbahasa Mandarin dan Indonesia. Pada tahun 2014, mata Tiffany terkena kataraks, mengalami retina lepas pada kedua matanya dan dokter menyatakan mata kanannya tidak bisa melihat lagi, sedang mata kirinya bisa melihat sekitar 30%. Jadi sekarang Tiffany tidak dapat melukis lagi, tetapi dia bisa menunjukkan talentanya dalam bidang musik. Di awal acara, Tiffany Komara bermain keyboard di hadapan peserta seminar sementara beberapa lukisannya dipajang di panggung.
Stephanie Handojo, seorang Anak Berkebutuhan Khusus dengan segudang prestasi. Sudah banyak medali dari cabang renang yang dia bawa pulang tidak hanya di dalam negeri tetapi juga dari ajang internasional. Dia pernah menjadi wakil Indonesia sebagai pembawa obor Olimpiade London 2012 dan satu-satunya Anak Berkebutuhan Khusus dari 20 pembawa obor pesta olah raga terbesar di dunia itu. Dia juga mencatat rekor MURI sebagai penyandang down syndrome pertama yang bisa memainkan 22 lagu tanpa henti dengan menggunakan piano. Stephanie sendiri yang mempresentasikan seluruh prestasinya, kegiatannya sehari-hari dan menunjukkan foto-fotonya bersama orang-orang penting.
Ibu Maria Yustina, ibu dari Stephanie, menyampaikan bagaimana dukungan keluarga begitu penting bagi perkembangan Anak Berkebutuhan Khusus. Beliau mengatakan orang tua harus dapat menerima dengan cinta dan syukur kepada Tuhan. Segala masalah pasti ada jalan keluarnya selama kita bersandar kepada Tuhan dan berusaha. Menurutnya, semua anak harus diperlakukan sama tetapi pendidikan diberikan sesuai dengan kemampuan anak. Pendampingan anak secara terus menerus dalam pergaulan di lingkungan masyarakat juga diperlukan. Pendampingan dan stimulasi sejak dini menjadi rahasia keberhasilannya dalam mendidik Stephanie. Dari kisah Stephanie ini, Ibu Maria berpesan bahwa Tuhan tidak pernah berbuat salah.
Pertunjukan dari Lovely Hands dimulai dengan lantunan lagu yang dibawakan oleh April dilanjutkan dengan permainan angklung dari anak-anak Lovely Hands.
Gary Harlan (Gary) dan Valentin Keken (Keken) adalah dua Anak Berkebutuhan Khusus yang telah bersahabat cukup lama dan keduanya lulus dari BINUS untuk Creative Graphic Design Program. Selama acara berlangsung, Gary terlihat membuat sebuah sketsa yang kemudian ditunjukkan kepada peserta seminar.
Sedangkan Keken menunjukkan kemampuannya bermain piano dan bernyanyi. Awalnya Keken mengajak Gary untuk bernyanyi bersama – Gary dapat bermain drum, namun Gary tidak mau. Kedua orang tua Gary dan Keken juga bersahabat sejak kedua anak mereka bersekolah di tempat yang sama.
Setelah makan siang, Ibu Mona Sugianto, seorang psikolog klinis berbagi mengenai asah asih asuh Anak Berkebutuhan Khusus. Beliau mengatakan ada tiga kebutuhan seorang Anak Berkebutuhan Khusus yaitu Bio-Medis (Asuh), emosional (Asih) dan stimulasi (Asah). Yang harus diasuh dari seorang Anak Berkebutuhan Khusus termasuk pola makan, pola tidur/istirahat, pola kebersihan diri, pola olah raga, kondisi fisik dan kesehatan. Trust, self-esteem, emotional security dan kasih sayang menjadi aspek-aspek emosional yang harus ditunjukkan kepada Anak Berkebutuhan Khusus. Kebutuhan yang terakhir adalah bagaimana mengasah keahlian-keahlian yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari seperti adaptasi, manajemen waktu, kepemimpinan, kerja sama, dan lain-lain.
Sebagai penutup, Bu Mona menjelaskan metode HELP – Hold yourself back, Encourage exploration, Limit, Praise. Dengan metode ini, orang tua harus belajar membiarkan anaknya maju dengan tetap berada di belakangnya, mendorong anak untuk berani mencoba, memberikan batasan-batasan dan memberikan apresiasi untuk hal-hal yang baik.