PANITIA PEMBANGUNAN GEREJA SUNTER SELATAN

Terakhir diperbaharui: 27 February 2017
29-May-1994: PPGSS 
Dewan Paroki St. Lukas melantik Panitia Pembangunan Gereja Sunter Selatan (PPGSS) pada misa pukul 08:30 di Gereja St. Lukas.   

Jun-1994: Santo Don Bosco? 
Dalam pertemuan di Wisma SDB antara Pastor Carbonell, Pastor Salvatore dan beberapa anggota Dewan Paroki St. Lukas, dibicarakan pemilihan nama pelindung Gereja baru di Sunter Jaya. Pastor Carbonell diam saja dan membiarkan yang lain mengusulkan nama. Ada yang mengusulkan Santo Laurensius. Ada juga yang mengusulkan Santo Servasius. Pastor Carbonell lalu mengusulkan untuk berkonsultasi kepada Keuskupan Agung Jakarta. Pada pertemuan dengan Bapak Uskup Leo Soekoto, awalnya Uskup hanya mendengarkan saja. Tiba-tiba Bapak Uskup dengan suara yang berat dan bertenaga, menginterupsi semua usulan nama-nama pelindung dan berkata, “Mengapa bukan Santo Don Bosco?” Mengherankan dan mengejutkan semua yang hadir, namun membahagiakan Pastor Carbonell. Peristiwa ini adalah cerita favourite P. Carbonell bahwa nama pelindung Gereja St. Yohanes Bosco bukan ia yang mengusulkan, ia hanya diam saja, namun Uskup sendiri yang memilihnya! Penyelenggaraan Ilahi!

21-Jul-1994: Logo PPGSS

Logo PPGSS di desain oleh Arsitek Henry Chandra secara resmi disetujui oleh rapat. Logo ini melambang-kan “Satu Allah Tiga Pribadi dan umat berdiri pada fondasi yang sama”.

21-Jul-1994: Kartu Dana

Desain Kartu Dana Pembangunan Gereja dibuat oleh Merry Chandra (Bendahara PPGSS).

02-Oct-1994: Apa Rencana dan Siapa Pelaksana

PPGSS melakukan ‘acara perkenalan’ sesama anggota di Wisma SDB yang didahului dengan misa di kapel. Pada saat resepsi, dibagikan Buku “Apa Rencana dan Siapa Pelaksana” yang berisi sekilas rencana kerja PPGSS dan biodata semua anggota panitia. Hal ini dimaksudkan agar sesama anggota dapat lebih cepat saling kenal latar belakang keluarga, pendidikan dan hobi, sehingga dapat lebih kompak dalam berkarya. 

09-Dec-1994: Golden Memories Nite
Kegiatan mencari dana pertama kali dilakukan PPGSS melalui Malam Dana Golden Memories Nite di Gedung Hailai International Executice Club, Ancol.    Acara yang dihadiri lebih dari 1000 orang ini, dihadiri pula oleh Duta Besar Vatican Mgr. Pietro Sambi; Vikjen KAJ Pastor Martin S. Soenarwidjaja SJ, Duta Besar Chili; Pastor Salvatore Sabato, Pastor Jose Carbonell, Pastor Edmund Baretta; Pastor Andrew Wong dan Sr. Angela, OSU. Hiburan musik disajikan oleh Ireng Maulana All Stars, Grace Simon dan Victor Hutabarat. Sedangkan Maya Rumantir memimpin acara kolekte dan lelang.   Harga tiket undangan dijual mulai dari Rp 200.000 - Rp 500.000 per orang dengan menu makanan: panggangan kombinasi, sup jagung hisit, scallop cah brocoli, haisom tungku, udang malas, ayam panggang ala Hongkong, ikan malas goreng, nasi goreng special, dan buah-buahan segar. J Dari 1500 undangan (150 meja @ 10 orang), terjual 1241 buah (83%) dan menghasilkan dana sebesar Rp 448 juta.

1995: Kapel Wisma Salesian           
Gereja St. Lukas mulai tidak memadai menampung umat yang terus bertambah karena perkembangan perumahan-perumahan baru. Secara perlahan-lahan, sebagian umat di Sunter Selatan mulai menggunakan Kapel di Wisma SDB sebagai tempat ibadah Misa Mingguan karena jarak yang lebih dekat. Pastor Paroki yang mengetahui hal ini lalu mengkritik dengan mengatakan bahwa kapel di Wisma adalah tempat biara, bukan untuk misa umum. Ia minta umat kembali misa di Gereja St. Lukas. Namun umat Sunter Selatan tetap mengikuti misa di Wisma. Pastor Paroki kemudian mengumumkan bahwa Misa Mingguan di Kapel Wisma SDB dilaksanakan dua kali, dan dibagi sebagai berikut: 
  • Misa hari Sabtu jam 18:30 adalah Misa Stasi.
  • Misa hari Minggu jam 07:00 adalah Misa Biara. 
Meskipun begitu, banyak umat tetap datang ke Misa Minggu pagi di Wisma, walau harus duduk di atas kursi plastik di serambi dan di taman karena kapasitas tempat duduk di kapel sangat terbatas. 

15-Jan-1995: Arisan Berhadiah 

Hanya sebulan setelah acara Malam Dana Golden Memories Nite, PPGSS melakukan pengundian pertama “Arisan Berhadiah” (bomb-bye) untuk penggalangan dana pembangunan gereja di Sunter Selatan. Program Arisan Berhadiah ini berlangsung setiap bulan selama tiga tahun (sampai dengan Desember 1997). Dari target mendapatkan 2.000 peserta, akhirnya terdaftar 1.400 peserta.   Meski demikian, setiap bulan Bendahara Panitia menerima puluhan lembar Rekening Koran Bank yang berisi transaksi setoran dari para peserta! Bank BCA lalu meminta panitia mencetak sendiri slip setoran bank dengan warna khusus untuk memudahkan mereka memilah-milah.   Kemudian hari, ketika krisis moneter (krismon) melanda Indonesia di tahun 1997 - 1998, PPGSS mendepositokan hasil Arisan Berhadiah sebesar Rp 1,5 milyar di beberapa bank yang waktu itu memberikan suku bunga hingga 60% per tahun!  Hasil bunga deposito itu kemudian digunakan untuk pembelian 2 bidang tanah untuk lapangan parkir kompleks gereja (Jl. Taman Sunter Indah, Kav. No. 13 dan 21).   

24-Aug-1996: Kupon Sumbangan Berhadiah

Dalam perjalanan program Arisan Berhadiah, PPGSS melaksanakan ‘Kupon Sumbangan Berhadiah’. Menurut Pastor Salavatore, PPGSS bekerja terlalu bersemangat dan berpesan setelah ini untuk beristirahat dulu agar umat tidak jenuh (belum lagi ada kolekte kedua di gereja setiap minggu pertama!).   Dari 200.000 lembar kupon yang dicetak dan diedarkan selama 6 bulan (Maret s/d Agustus 1996), terjual 108.278 lembar (54%), termasuk penjualan kupon kepada 19 Paroki lain di KAJ. Waktu itu anggota PPGSS, Mudika, dan para frater SDB, setiap hari Minggu berjualan kupon di gereja-gereja di Jakarta (mengherankan sekali… semua terus bersemangat dan tidak ada yang merasa bosan atau capek...).   Kupon Sumbangan diundi bersamaan dengan Bazaar yang diselenggarakan oleh Stasi Sunter Selatan. Kupon Sumbangan menghasilkan dana Rp 260 juta. 

06-Dec-1996: Pemekaran Wilayah 
Seiring dengan perkembangan perumahan dan umat yang sangat pesat di Sunter, maka dalam Rapat Dewan Stasi Sunter Selatan di Wisma SDB, dibahas pemekaran Wilayah dan Lingkungan untuk Wilayah St. Christophorus, Wilayah St. Anna, dan Wilayah St. Maria.   

Jan-1997: Wilayah Santo Hieronimus 
Wilayah St. Christophorus yang sebelumnya sudah dimekarkan dengan lahirnya Wilayah St. Servasius (1987) dan St. Anna (1989), kini dimekarkan lagi menjadi Wilayah St. Christophorus (Sunter Mas Selatan, Sunter Mas Tengah, Sunter Mas Barat, dan Sunter Pratama) dan Wilayah St. Hieronimus (Sunter Mas Utara dan Jl. Lantana).  Nama St. Hieronimus diusulkan oleh Ronny Matheron yang waktu itu terpilih sebagai Ketua Wilayah.
  
Jan-1997: Wilayah Santo Yohakim 
Wilayah St. Anna yang sebelumnya sudah dimekarkan dengan lahirnya Wilayah St. Maria (1990), kini dimekarkan lagi menjadi Wilayah St. Anna (Sunter Hijau Barat) dan Wilayah St. Yohakim (Sunter Hijau Timur). Nama pelindung St. Yohakim dipilih sebagai suami dari St. Anna.   

Jan-1997: Wilayah Regina Pacis 
Wilayah St. Maria dimekarkan menjadi  Wilayah St. Maria (Sunter Indah dan Danau Indah Barat) dan Wilayah Regina Pacis  (Danau Indah, Danau Asri, Danau Permai dan Komplek Pemda DKI). Nama pelindung Regina Pacis (Ratu Pencinta Damai) diusulkan oleh Rudy Tantona.  

24-May-1997: Audiensi PPGSS kepada Uskup
Pada hari ini, PPGSS, Pastor Salvatore, Pastor Andres dan Arsitek Yori Antar beraudiensi kepada Bapak Uskup Agung Jakarta, Julius Kardinal Darmaatmadja, SJ untuk mempresentasikan rencana pembangunan gereja di Sunter Selatan. Pertemuan ini ternyata menjadi satu-satunya kesempatan bagi PPGSS untuk berkonsultasi dengan Bapak Uskup, karena sesudah itu Bapak Uskup mendelegasikan tugasnya kepada Pastor Stefanus Roy Djakarya, Pr sebagai Ekonom dan Ketua Biro Tanah dan Bangunan KAJ.     

05-Nov-1998Pembelian Tanah untuk Parkir 
Karena PPGSS belum bisa mendapatkan IMB, sedangkan sebagian dana sudah terkumpul yang berasal dari bunga deposito, maka Pastor Salvatore mengusulkan pembelian tanah kavling no. 21 di Taman Sunter Indah seluas 760 m2 untuk area parkir dan disetujui KAJ. Tanah ini dibeli dari Bapak Susanto dengan harga Rp 635 juta.    

29-Mar-1999: Tanah untuk Parkir (lagi) 
Pastor Salvatore kembali mengusulkan pembelian kavling tanah no. 13 di Taman Sunter Indah seluas 660 m2 = Rp 590 juta dari PT Agung Podomoro untuk area parkir. Usulan ini disetujui oleh KAJ. Dengan demikian luas tanah kompleks gereja di Jl. Taman Sunter Indah Blok A3 No. 13–21 kini menjadi 6.810 m2.   Dua kavling tanah yang dibeli untuk lahan parkir ini dibeli dengan dana yang seluruhnya berasal bunga deposito ex Arisan Berhadiah.
    
27-Apr-1999: Paroki Baru SDB 
Uskup Julius Kardinal Darmaatmadja, SJ membuat surat kepada Pastor Andrew Wong, SDB (Pastor Provinsial SDB), u.p.: Pastor Jose Carbonell, SDB. Isinya, penegasan pendirian paroki baru di Sunter Jaya diserahkan kepada Serikat Salesian Don Bosco.   

10-Aug-1999: IMB
Setelah berusaha selama 5 tahun, Pastor Jose Carbonell, SDB bersama Ketua PPGSS Bidang Perizinan (Bapak Didi Laksmana), akhirnya mendapatkan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) kompleks Gereja St. Yohanes Bosco. Puji Tuhan! Masa 5 tahun ini bisa dikatakan relatif cepat. Beberapa gereja lain bahkan sampai lebih dari 5 tahun pun masih belum mendapatkan IMB. Setelah IMB diperoleh, Uskup Agung Jakarta menetapkan pembangunan tahap pertama adalah Gedung Paroki dulu. Bila masyarakat sekitar dapat menerima kehadiran komunitas ini, boleh dilanjutkan pembangunan Gedung Pastoran dan Gedung Gereja.   

14-Oct-1999: Arsitektur Gereja Don Bosco 
Desain Arsitektur Kompleks Gereja St. Yohanes Bosco yang dibuat oleh PT Han Awal & Partner, akhirnya disetujui oleh Keuskupan Agung Jakarta. Sebelumnya, desain gereja St. Yohanes Bosco telah beberapa kali mengalami perubahan. Uskup Leo Soekoto menghendaki gedung gereja dibuat dengan agung dan megah. Namun Uskup Julius menginginkan desain gereja dibuat dengan low profile. Hal ini diselaraskan dengan situasi politik saat itu, terutama setelah terjadinya kerusuhan Mei 1998. Gambar atap gereja sampai tiga kali direndahkan, sebagai simbol bahwa gereja harus merendah..