Sabtu, 11 Maret 2017
Hari Biasa Pekan I Prapaskah
Ul. 26:16-19; Mzm.119:1-2,4-5, 7-8;
Mat. 5:43-48
Tuhan bersabda, “Hendaklah kalian sempurna, sebagaimana Bapamu di surga sempurna adanya” (Mat. 5:48)
Di akhir perikop (ay. 48) Yesus bersabda, “Karena itu hendaknya kalian sempurna, sebagaimana Bapamu di surga sempurna adanya.” Kita bisa bertanya, “Apa- kah mungkin, manusia dengan seabrek kelemahan dan kekurangan bisa menyamai Bapa yang amat sempurna itu?” Perintah itu berangkat dari sabda Tuhan agar kita mengasihi musuh-musuh dan mendoakan mereka yang telah menganiaya. Wowww, mana mungkin? Pastinya hanya bisa dilakukan oleh manusia setengah malaikat. Lalu, apa dasarnya? Karena Yesus bicara tentang BapaNya yang membuat matahari terbit untuk semua orang.
Kasih sempurna memang milik Allah. Dan manusia hanya berusaha untuk ‘meniru’ Allah sejauh ia mampu. Nyatanya manusia jatuh lagi. Meskipun sudah menerima sakramen tobat di ruang pengakuan, tetap saja kedagingan kita jauh lebih besar. Kita masih iri hati, cemburu, dengki, marah, sebel dan lain-lain. Berbuat kasih terhadap musuh? Stop dulu deh. Lalu, disuruh untuk memiliki kasih sempurna?
Apakah perintah ini berlebihan, berada di atas awan ge- mawan yang tak bisa digapai?
Mungkin, kita harus melihat dari cara berbeda tentang kesempurnaan kasih itu. Kesempurnaan kasih ditafsirkan dengan berinisiatif, yaitu berusaha untuk memulai, mem- prakarsai. Maka, sabda Tuhan bisa ditafsirkan: hendaknya kalian berinisiatif, sebagaimana Bapamu di surga berinisi- atif adanya. Saya senang kalau saya berani mengatakan, “Ibu, bapa, saudara-saudaraku, adakah yang bisa saya bantu?” Itu artinya, saya sedang membuka hati, membiar- kan kasih itu keluar. Dan selanjutnya, biarlah Tuhan yang menyelesaikan dan menyempurnakan apa yang baik itu.
Pertanyaan re ektif:
Kapan dan dalam peristiwa apa aku berinisiatif? Jika “Ya“, artinya aku telah berkehendak sempurna seperti Bapa di surga. Jika “belum” atau “tidak”, aku perlu mengumpulkan keberanian untuk berprakarsa melakukan kebaikan kasih.
Marilah berdoa:
Syukur kepadaMu Tuhan dengan hati jujur. SabdaMu aku pelajari untuk mengenal rahasia Allah. Namun, semua tak mudah. Apalagi ketika Engkau meminta mengasihi musuh dan mendoakan orang yang telah menganiaya. Ya Tuhan, jangan tinggalkan daku bila aku gagal, tetapi bantulah aku untuk berpegang pada ketetapan-ketetapanMu supaya aku hidup berbahagia. Amin.
(RD Hardijantan Dermawan)