Renungan Harian APP KAJ 2017 - Hidup Melimpah Tetapi Pelit?
Terakhir diperbaharui: 16 March 2017
Kamis, 16 Maret 2017
Hari biasa Pekan II Prapaskah
Yer. 17: 5-10; Mzm. 1:1-2, 3, 4,6;
Luk. 16: 19-31
Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini (Luk. 16:23)
Sudah sering kali kita mendengar kisah ini. Kisah orang kaya dan Lazarus yang miskin. Suatu kali, saya berkisah tentang kisah Lazarus ini kepada anak-anak BIA. Dalam perjumpaan dengan mereka, saya dikejutkan oleh satu anak yang bertanya,”Romo…siapa nama orang kaya itu?” Sontak saya tak bisa menjawab. Lalu dengan nada agak bercanda saya berkata,”Boleh nggak kalau orang kaya itu saya beri nama Romanus.” Spontan banyak dari mereka menjawab,”Ga boleh…ga boleh…ga boleh.”
Ada satu anak yang berdiri di depan berkata, ”Kan Romo Romanus baik, ga kayak orang kaya itu.” Jawaban anak itu saya balas dengan tertawa lepas. Setelah perjumpaan dengan anak-anak BIA tesebut, saya masih mencoba merenung tentang pengalaman bersama mereka. Tidak, saya tidak baik, saya belum baik, saya masih seperti orang kaya tersebut. Saya masih memiliki sikap “pelit” dalam banyak hal. Laksana orang kaya dalam injil hari ini. Saya terkadang masih pelit dari sisi waktu buat umat yang sangat membutuhkan. Pelit dalam hal pengorbanan. Masih mementingkan diri sendiri. Pelit dalam berbagi dengan yang miskin. Pelit dalam sikap mengampuni. Pelit dalam hal kesabaran. Pelit dalam memberi senyum keramahan kepada orang yang tidak saya sukai. Dan masih banyak “kepelitan” yang lainnya yang masih bercokol dalam diri saya. Sikap egois inilah yang membuat saya masih dalam posisi seperti “orang kaya” dalam kisah Lazarus. Dan sikap-sikap inilah yang harus saya ubah dalam masa Prapaskah yang baik ini yang diberikan Tuhan melalui GerejaNya yang kudus.
Ada sebuah kisah demikian. Ada seorang Bapak bernama Jorok. Suatu saat dia meninggal. Dalam alam kematian dia mengalami hal demikian. Arwahnya tiba-tiba sedang berjalan menyusuri jalan yang gelap tanpa cahaya. Semasa hidupnya dia cukup dikenal sebagai orang kaya namun sangat serakah dan pelit. Maka, dia diberi julukan si pelit. Lalu si pelit itu melihat seseorang yang sedang berdiri tampak sedang menjaga sebuah pintu. Si pelit itu langsung mendekati orang itu, setelah dilihat ternyata itu malaikat penjaga pintu surga. Lalu si pelit itu bertanya pada malaikat, “Hey apakah ini pintu surga?” “Ya benar, dan saya adalah penjaga pintu surga. Hanya orang-orang yang beriman yang dapat masuk ke pintu suci ini,” jawab malaikat. “Kalau begitu, saya orang beriman, berarti saya boleh masuk,” jawab si pelit. “Tunggu dulu, saya dan asisten saya akan mengecek dulu amal baikmu,” jawab malaikat.
Setelah dicek ternyata malaikat itu mengetahui bahwa Bapak Jorok itu seorang yang kaya raya namun pelitnya minta ampun. ”Eiitttttt…, kamu tidak bisa masuk ke surga karena kamu orang yang pelit, padahal kamu mempunyai harta yang melimpah,” kata malaikat. “Kata siapa aku pelit, buktinya saya pernah dua kali menolong orang lain,” jawab si pelit. “Coba katakan apa saja amal baik itu?” tanya malaikat. “Ok.. yang pertama saya pernah memberi bantuan kepada seorang anak yang kelaparan dengan uang saya,” jawab si pelit. Asisten malaikat itu mengecek amal baik si pelit apakah benar atau tidak. Ternyata si pelit itu benar pernah memberi uang kepada anak yang kelaparan. “Lalu apa amal baik yang ke-2 yang pernah kamu lakukan?” tanya malaikat. “Ok yang ke-2 adalah saya pernah menolong pengemis dan saya beri dia uang,” jawab si pelit. “Kalau begitu kamu duduk dulu di sini!” suruh malaikat. Malaikat itu berbicara dengan asistennya yang sedang berdiri agak jauh dari si pelit itu. “Bagaimana nih, masa si pelit ini harus masuk surga?” tanya asisten kepada malaikat. “Memang dia pernah beramal tetapi minim sekali,” jawab malaikat. “Saya punya ide, bagaimana kalau kita kembalikan uang dia, lalu kita suruh dia menghadap malaikat penjaga neraka,” jawab asisten.
Rasanya sudah begitu banyak tanda yang diberikan Tuhan kepada kita. Sudah banyak peringatan yang Tuhan berikan pada kita. Yesus pun juga demikian. Begitu banyak sabdaNya yang mengarahkan hidup kita pada kebenaran. Bahkan melalui kisah Lazarus. Yesus juga kembali mengingatkan hidup kita. Apakah kita masih dalam posisi seperti orang kaya tersebut? Jika iya, ubahlah haluan hidup kita. Kembalikan kejalan yang dikehendaki Tuhan. Tak ada kata terlambat bagi Tuhan. Lakukan sekarang juga!
Pertanyaan reflektif:
Sudah dermawankah hidupku?
Marilah berdoa:
Tuhan, tuntun langkah hidup kami, agar selalu berani berbagi dengan tulus. Tuntun hidup kami agar selalu berani berbelarasa kepada mereka yang menderita. Demi Kristus dan penyelamat kami. Amin.
(RD Romanus Heri Santoso)
Anda merasa konten halaman ini menarik & bermanfaat juga bagi orang lain?
Yuk, bantu sebarkan kabar baik! Like & Share halaman ini dengan KLIK tombol di bawah ini: