Renungan Harian APP KAJ 2017 - Yesus Ada Sebelum Abraham
Terakhir diperbaharui: 06 April 2017
Kamis, 6 April 2017
Hari biasa Pekan V Prapaskah
Kej. 17:3-7; Mzm. 1005:4-5,6-7,8-9;
Yoh. 8:51-59
“Sesungguhnya barang siapa menuruti firmanKu, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya.” (Yoh. 8:51.b)
Sebelum kita merenungkan Injil hari ini, baik jika kita juga membaca dan merenungkan perikop Injil Yohanes 8:37-47 yakni bacaan sebelum perikop Injil Yohanes 8:51-59 hari ini. Dalam renungan saya, muncul peristiwa perang penolakan yang hebat. Orang-orang Yahudi tidak mengakui Yesus karena Yesus itu tidak seperti yang mereka gambarkan. Mereka mengambarkan Kerajaan Allah itu megah, mewah dan dahsyat tetapi yang ada pada Yesus justru kebalikannya. Yesus sendiri lahir di kandang dan bukan istana. Orang tuanya miskin dan sederhana. Hal yang demikian itu di luar pikiran dan gambaran orang Yahudi. Maka Yesus tidak diakui karena tidak sesuai dengan Mesias yang diceritakan dalam Perjanjian Lama yang megah, hebat dan dahsyat. Yesus ditolak dan Kerajaan Allah tak dapat mereka lihat apalagi diterima, padahal Yesus sudah ada bersama mereka, dan Yesus sudah ada sebelum Abraham.
Ujung ketidaktahuan dan salah sambung dengan misteri Agung jati diri Yesus, membuat orang Yahudi menyimpulkan bahwa Yesus kerasukan setan dan sebagainya. Bahkan lebih dari itu, mereka sampai mengambil batu untuk melempari Dia…bayangkan dalam kehidupan sering kita juga menyalahkan Tuhan untuk sesuatu yang tidak kita ketahui dan tidak kita mengerti, hanya mendugaduga. Ini sebuah prilaku yang tidak adil dan tindakan yang tidak manusiawi. Kita sering menutup diri tidak mengakui keterbatasan kita, kita merasa lebih hebat dari pada Tuhan sendiri, padahal itu sebuah kebebalan hati kita dan kebodohan kita dan bukan Dia. Sikap kita yang terlalu sembrono justru akan menghancurkan diri sendiri dan orang lain.
Padahal Yesus itu kan Allah. Allah sudah ada sejak semula, sebelum Abraham sudah ada Allah, Sudah ada Yesus. Rasa-rasanya pernyataan Yesus keras dengan mengatakan “Sesungguhnya barang siapa menuruti firmanKu, ia tidak akan mengalami maut sampai selamalamanya (Yoh 8: 51.b.)” kalimat itu keras, karena kita bisa membayangkan jika saja itu yang berbicara adalah diri kita, dan kita mengatakan kalimat senada dengan kata “sesungguhnya….” Seakan akan kita mau mengatakan tidak ada yang lain dari kata yang sebenarnya dan tentu saya berharap agar orang yang kita ajak bicara untuk mengerti dan percaya, dengan kata lain itu sudah merupakan penegasan pilihan terakir untuk mengatakan bahwa itulah kebenarannya….
Pertanyaan Reflektif:
Benarkah demikian bahwa aku masih sulit melihat kelebihan sesama dan menyalahkan Tuhan ketika perjalanan hidupku tidak seperti yang saya harapkan?
Marilah kita berdoa:
Ya Tuhan hadirlah di tengah kami yang masih sering bimbang dan ragu dalam hidup ini. Terangi hati dan budi kami agar kami tetap hidup di jalanMu dan senantiasa percaya akan Allah yang adalah Tuhan Yesus sendiri sumber hidup dan kebenaran. Amiin.
(Sr. Sebastiana, HK)
Anda merasa konten halaman ini menarik & bermanfaat juga bagi orang lain?
Yuk, bantu sebarkan kabar baik! Like & Share halaman ini dengan KLIK tombol di bawah ini: