Senin, 10 April 2017
Pekan Suci
Yes. 42:1-7; Mzm.27:1,2,3,13-14; Yoh.12:1-11
“Maria meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya” (Yoh.11:3)
Minggu, 16 Oktober 2016 yang lalu, saya mengunjungi Bina Iman Paroki di Gereja menjelang Misa kedua pukul 08.30. Hari itu hari Minggu biasa. Seperti biasanya anak anak Bina Iman usia 3 hingga 8 tahun menjelang komuni, sudah berbaris dengan rapi di depan pintu gerbang Gereja untuk mendapatkan berkat dari pastor.
Tiba-tiba mata saya tertuju pada seorang anak laki laki usia sekitar 5 tahun membawa permen coklat di tangannya. Saya mendekati bocah tersebut dan bertanya,” Nak, kita akan masuk Gereja, mengapa masih membawa permen coklat?” Tampaknya anak itu tak ambil peduli dengan pertanyaan saya. Bocah itu hanya berlari dan terteriak, ”Pastor ini permen kesukaan saya, dibeli mama dari jauh.” Saya penasaran, karena jangan jangan memang anak ini mau makan permen dalam Gereja, ketika hendak menerima berkat khusus untuk anak dari imam yang merayakan Ekaristi saat itu. Saya berusaha mencegahnya, dan bertanya lagi: ”Nak, ayo simpan permen itu. Di dalam Gereja, hendaknya kita bersikap baik dan sopan terhadap Yesus.” Lagi-lagi bocah ini berteriak, ”Saya mau bertemu Yesus. Saya mau bertemu Yesus.”
Saya semakin penasaran. Ketika sudah mendekat saya bertanya dan sedikit keras meminta permen itu untuk disimpan. Namun semakin saya mendekat, bocah itu berteriak-teriak, ”Pastor saya mau bertemu Yesus. Saya hendak memberikan permen kesukaan saya untuk Yesus, agar Yesus bisa merasakan enaknya coklat dari mama ini.” Saya berhenti, terkejut dengan jawaban seorang bocah kecil 5 tahun yang sangat beriman. Bocah ini memang tidak akan makan permen coklat, namun hendak berbagi dan diberikan kepada Yesus setelah nanti ia mendapat berkat dari Romo. Saya menyesal telah berprasangka buruk kepada bocah kecil ini.
Saya tetap mengamati bocah ini, sesampainya di depan pastor yang memberikan berkat khusus untuk anak, anak ini diberi berkat di dahi. Setelah itu dengan lirih saya dengar bocah ini berbicara kepada pastor tersebut: ”Pastor saya titip coklat kesukaan saya untuk Yesus ya…” Bocah ini telah mengajarkan kepada saya untuk memberikan yang terbaik bagi Tuhan, memberikan apa yang dia punya sebagai kegemaran untuk Yesus. Ini persis seperti sosok Maria yang meminyaki kaki Yesus dengan minyak narwastu yang paling mahal, dan menyekanya dengan rambutnya.
Pertanyaan reflektif:
Apakah aku pernah mempunyai perasaan mencintai Yesus lebih dari segalanya? Kapan dan saat apa peristiwanya?
Marilah berdoa:
Ya Allah Bapa, ajarilah aku untuk senantiasa mencintai Yesus dengan apa yang kupunya, dengan apa yang kumiliki lebih dari segala sesuatu. Amin.
(RD. Sridanto Aribowo)