Renungan Harian APP KAJ 2017 - Pengorbanan Untuk Banyak Petani Anggur
Terakhir diperbaharui: 12 April 2017
Rabu, 12 April 2017
Pekan Suci
Yes.50:4-9a;Mzm.69:8-10,21bcd-22,31,33-34;
Mat.26:14-25
“…anak Manusia akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia” (Mat. 26:24)
Dalam suatu kesempatan mengikuti Konferensi Internasional Liturgi di Bali, tanggal 11- 15 Oktober 2016 yang lalu ada pengalaman yang menyentuh. Pengalaman itu bukan pengalaman tentang bagaimana ahli ahli liturgi berbicara tentang Sakramen Perdamaian dalam Konferensi, melainkan pengalaman ringan ketika para peserta diajak bereksposure ke pabrik anggur (winery). Pabrik anggur ini adalah milik seorang ibu beriman Katolik. Yang menarik dari pabrik anggur ini adalah kisah kisah di belakangnya.
Pemilik anggur adalah seorang ibu yang sebelum mendirikan anggur adalah seorang akuntan publik yang cukup disegani di suatu perusahaan multi nasional. Dalam sebuah perjalanan, ibu ini bertemu dengan petani anggur yang sangat miskin di daerah Bali Utara. Saat itu buah anggur hanya dijual Rp. 400 saja per-kilo. Ibu ini sedih melihat banyak petani anggur yang miskin. Panen yang melimpah tidak serta merta mengangkat kesejahteraan mereka. Setelah berdiskusi dengan putrinya, ibu ini akhirnya memberanikan membangun pabrik anggur, yang anggurnya dibeli dari para petani anggur di Bali Utara. Anggur yang saat itu harga pasarannya hanya Rp. 400 per kilo, dibeli dengan harga Rp.7000 per kilo sebagai bahan dasar pembuatan minuman anggur. Luar biasa, anggur dalam kemasan botol yang sudah difermentasi itu dijual ke hotel hotel dengan kisaran harga Rp.150.000 hingga Rp.600.000 per botol. Petani anggur di Bali Utara tidak lagi merana dan hidup miskin. Kesejahteraan mereka bertambah dengan berfungsinya pabrik anggur di Gianyar Bali ini. Yang menarik dari kisah ibu ini adalah: bagaimana pengalaman mendirikan pabrik diawali dengan keprihatinan atas petani anggur yang miskin. Ibu ini berkorban dengan meninggalkan pekerjaan yang menjanjikan, memulai suatu usaha baru yang masih gelap mengingat mendirikan pabrik anggur di negeri ini termasuk sangat sulit proses perijinannya. Tangan Tuhan tampaknya bekerja, dan pengorbanan ibu tadi tidak sia-sia.
Pengorbanan adalah salah satu bentuk keutamaan kristiani. Kita belajar berkorban karena Tuhan kita Yesus Kristus juga berkorban demi kita. “…anak Manusia akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia”. Ia berkorban untuk menebus dosa manusia.
Pertanyaan Reflektif:
Pernahkah aku mempunyai pengalaman berkorban? Dalam pengalaman itu apakah aku juga menemukan Yesus yang juga berkorban untuk aku?
Marilah berdoa:
Allah Bapa yang penuh kasih, aku bersyukur atas pengalaman berkorban yang pernah menjadi bagian dari hidupku. Semoga pengalaman berkorban ku ini juga membawa aku untuk mampu merenungkan pengorbanan Yesus menjelang saat saat terakhir hidupNya menjelang di salib. Amin.
(RD. Sridanto Aribowo)
Anda merasa konten halaman ini menarik & bermanfaat juga bagi orang lain?
Yuk, bantu sebarkan kabar baik! Like & Share halaman ini dengan KLIK tombol di bawah ini: