Libur Idul Fitri telah tiba. Masyarakat Jakarta yang merasa penat dengan rutinitas mereka berlomba-lomba melancong ke luar kota bahkan luar negeri. Namun, OMK Paroki Santo Yohanes Bosco punya cara berbeda untuk menghabiskan waktu liburan mereka. Pada 27 – 30 Juni 2017, lebih dari 70 orang muda yang terdiri dari peserta serta panitia penyelenggara didampingi oleh Pastor Catur selaku pastor kepemudaan melaksanakan live in bertajuk “Discover” di Desa Cisantana, Kuningan, Jawa Barat.
Ini adalah kali pertama OMK Paroki Santo Yohanes Bosco melaksanakan live in. Tahun-tahun sebelumnya, mereka secara rutin melaksanakan camping setiap dua tahun sekali. Pelaksanaan live in didasari oleh kesadaran bahwa dalam kehidupan sehari-hari, orang muda sering tenggelam dengan padatnya aktivitas dan secara tidak sadar menjauh dari Tuhan. Sesuai dengan judulnya “Discover”, orang muda diajak untuk menemukan kembali Tuhan dalam dirinya sendiri, diri sesama mereka, serta alam sekitar mereka sehingga akhirnya tergerak untuk berkomunitas dan melayani Tuhan khususnya di paroki sendiri.
Belajar mengenal dan merasakan kehidupan sederhana khas pedesaan, para peserta dan panitia tinggal di rumah-rumah umat Stasi Cisantana. Dua orang yang tinggal di masing-masing rumah dihimbau untuk menganggap pemilik rumah sebagai orang tua dan mengikuti kegiatan sehari-hari dari orang tua asuh mereka. Berbagai pengalaman unik pun dirasakan oleh para peserta. Ada yang sejak subuh sudah diajak oleh orang tuanya untuk mencari rumput di ladang. Ada yang diajarkan cara memerah susu sapi dan merasakan segarnya susu murni. Ada yang belajar proses perontokan padi yang baru dipanen. Ada pula yang berkunjung ke kandang babi dan menyaksikan lucunya anak-anak babi yang baru lahir. Dalam prosesnya, interaksi antara peserta dengan masyarakat Desa Cisantana yang penuh dengan keramahan pun terbangun dan secara tidak sadar belajar untuk lebih menghargai alam karya ciptaan Tuhan.
Tidak cukup belajar dari interaksi dengan alam sekitar, peserta juga diberikan materi oleh para pembicara yang memang fokus dalam pengembangan orang muda. Dalam sesi pertama, Kak Audrey yang merupakan seorang psikolog mengajak peserta untuk mengenali karakteristik kepribadian masing-masing beserta kelebihan dan kelemahannya melalui test DISC. Lewat hasil test ini, peserta pun memahami potensi dirinya masing-masing dan mengetahui bagaimana mereka dapat berkontribusi dalam komunitas pelayanan. Setelah mengenali dirinya sendiri, peserta disadarkan oleh Kak Vindes mengenai pentingnya bergabung dalam komunitas demi perkembangan rohani dan bentuk-bentuk pelayanan yang dapat dilakukan. Di akhir sesi, para peserta pun menuliskan komitmen mereka untuk memperbaiki diri secara rohani yang kemudian dibakar pada malam api unggun.
Desa Cisantana, Kuningan, memiliki sebuah objek wisata rohani yang terkenal yaitu Goa Maria Sawer Rahmat. Untuk mencapainya, peserta harus menempuh rute yang menanjak dihiasi dengan ladang serta makam penduduk di kiri kanan jalan. Setibanya di lokasi, peserta secara berkelompok melaksanakan ibadat jalan salib dengan rute yang tidak kalah menantang dari perhentian pertama sampai perhentian terakhir. Namun, kebersamaan antarpribadi yang dirasakan, pemandangan alam yang indah, dan udara yang sejuk ternyata cukup ampuh membuat perjalanan terasa jauh lebih ringan. Di hadapan Goa Maria, mereka berdoa memanjatkan syukur dan harapan kemudian merasakan segarnya mata air yang telah diberkati.
Kebersamaan antarpeserta tidak berhenti dalam perjalanan menuju Goa Maria Sawer Rahmat. Pada sore harinya, kekompakan setiap kelompok diadu melalui berbagai permainan. Peserta yang awalnya masih malu-malu mulai berani keluar dari zona nyaman mereka. Kecanggungan berubah menjadi kehebohan, terlebih pada malam api unggun yang mengharuskan tiap kelompok menampilkan berbagai atraksi sesuai undian. Kelompok satu dan dua berhasil menimbulkan gelak tawa dengan parodi talkshownya. Kelompok tiga dan empat berpadu suara dalam penampilan accapella yang menggabungkan lagu kekinian dengan lagu dangdut. Sementara itu, kelompok lima dan enam yang tampil sebagai penutup mengajak seluruh peserta bersama-sama melakukan gerakan senam irama. Keceriaan dan kebersamaan selama empat hari tiga malam itu disimpulkan dengan doa dan berkat oleh Pastor Catur. (Vania Harista)