Senin, 5 Maret 2018
Hari Biasa Pekan III Prapaskah
2Raj. 5: 1-15a; Mzm. 42:2, 3,43:3,4; Luk. 4, 24-30
DIHARGAI
“Sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya” (Luk. 4:24)
Penilaian seseorang seringkali dikaitkan dengan asal-usulnya, prestasinya, dan ketenarannya. Kenyataan ini bisa menimpa siapa saja dan kapan saja. Realitas seperti ini juga dialami Yesus. Yesus pulang kampung dan berpatisipasi di kampungnya dalam beribadat. Tetapi yang terjadi, Ia ditolak karena semua orang sudah tahu siapa Dia. Anak Tukang Kayu yang sudah pergi ke mana tidak jelas. Latarbelakang tetap menjadi alasan orang-orang sekampungnya untuk menilai keberadaan Yesus.
Penilaian dan cara menghargai orang sebagaimana zaman Yesus juga masih berlanjut hingga sekarang ini. Dalam lingkungan kerja, lingkungan masyarakat, maupun lingkungan beriman, seringkali muncul pertanyaan siapakah orang itu, berani-beraninya memimpin ibadat. Dia hanya orang biasa. Ia tidak layak memimpin kita yang berbeda ini. Seribu alasan bisa diberikan bagi siapa pun yang mau terlibat dan beperan dalam kehidupan bermasyarakat maupun dalam kehidupan beriman.
Namun, kita tak perlu takut berbuat kebaikan. Kita tak perlu takut mewartakan iman dan kasih Tuhan. Mewartakan iman dan kasih Tuhan merupakan panggilan dan tugas setiap orang yang telah dibaptis dalam nama Yesus. Yakinlah bahwa kebaikan akan selalu menjadi terang yang tak terpadamkan dalam hidup kita, meskipun tidak dihargai di tempat asalnya.
Pertanyaan reflektif:
Apakah untuk berbuat baik, aku hanya mencari pujian dan penghargaan atau sungguh tulus demi kemuliaan Tuhan, meskipun penuh tantangan dan godaan?
Marilah berdoa
Tuhan Yesus, ajarilah kami tetap setia pada panggilan hidup untuk mewujudkan semangat “Kita Bhinneka, Kita Indonesia”, walaupun penuh dengan godaan, cobaan, dan tantangan. Amin. (A. Widyahadi Seputra)