Renungan Harian APP 2018 - Tampil Beda untuk Suatu Kesaksian

Terakhir diperbaharui: 15 March 2018
Renungan Harian APP 2018 - Tampil Beda untuk Suatu Kesaksian

Jumat, 16 Maret 2018 
Hari Biasa Pekan IV Prapaskah Keb.2:1a,12-22;  Mzm. 34:17-18, 19-20, 21, 23; Yoh.7:1-2,10,25-30 

TAMPIL BEDA UNTUK SUATU KESAKSIAN  

“Akhir hidup orang benar dipujinya bahagia, dan ia bermegah-megah bahwa Bapanya ialah Allah” (Keb. 2: 16) 

Saudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan, Waktu saya merenungkan Sabda Tuhan dari Kitab Kebijaksanaan Bab 2 ini dan perikop Injil Yohanes Bab 7 saya langsung ingat pengalaman kecil yang kami alami pada waktu kami berkunjung ke Kalimantan. Pengalaman itu berkaitan dengan bagaimana saudara-saudari dari Pulau Jawa hidup dan berkarya di Kalimantan. Mereka umumnya dikenali melalui bangunan rumah, dan penataan lingkungan di sekitarnya. Rumah mereka hampir selalu ada halamannya, kemudian memiliki pagar terutama dari tanaman-tanaman yang hidup. Di halaman ada beberapa tanaman bunga yang menambah keasrian lingkungan rumah mereka. Dari model rumah dan penataan seperti ini, dengan mudah orang mengenalinya bahwa keluarga penghuni rumah tersebut hampir bisa dipastikan berasal dari Jawa. Tampilan rumah dan lingkungan yang sederhana namun dirasakan keasriannya merupakan tampilan yang khas dan berbeda dengan model rumah dari keluarga-keluarga lain. Rupanya keluarga-keluarga dari Jawa membawa kebiasaan hidup keluarganya yang ada di Jawa. Mereka tampil beda dan menandai diri dan keluarganya melalui penataan rumah tinggalnya.  

Cara hidup yang berbeda ini juga terjadi di lingkungan jemaat Yahudi yang tinggal di kota Alexandria sekitar dua abad sebelum Masehi. Hidup di pengasingan bagi mereka tidak mudah. Mereka mengalami banyak kesukaran bahkan penganiayaan meskipun tidak selalu secara langsung. Mereka hidup berbeda dari lingkungan sekitarnya. Mereka menghidupi tradisi bangsanya yang memang berbeda dengan tradisi dan keyakinan di lingkungannya. Keyakinan dipegang teguh sedemikian rupa untuk menunjukkan jati diri dan sekaligus memberikan kesaksian bahwa mereka adalah bangsa terpilih yang diberkati Tuhan. Sikap ini tentu mendapat banyak reaksi dan tantangan.  


Dalam bacaan yang diambil dari Kitab Kebijaksanaan Salomo Bab 2 disebutkan “sebab hidupnya sungguh berlainan dari kehidupan orang lain, dan lain dari lainlah langkah lakunya” (ayat 15). “Kita dianggap olehnya sebagai orang yang tidak sejati, dan langkah laku kita dijauhinya seolah-olah najis adanya”. “Akhir hidup orang benar dipujinya bahagia, dan ia bermegah-megah bahwa Bapanya ialah Allah” (ayat 16).   
Dalam Injil Yohanes Bab 7: 10-30 dikisahkan hal yang sama. Yesus tidak segan-segan tampil berbeda dengan kebiasaan di lingkungannya untuk mewujudkan perutusan Bapa-Nya. Orang-orang di sekitarnya tidak bisa menangkap dan memahami pribadi Yesus dengan segala misterinya. Mereka mengalami kebingungan dan cenderung untuk menolak dan membenci Yesus.  Semakin Yesus mengungkapkan diri bahwa Ia adalah Mesias, Ia semakin ditolak bahkan diancam untuk di bunuh. Namun Yesus tetap setia pada kehendak Bapa dan menjalani hidup-Nya secara berbeda dengan kebiasaan di lingkungannya yang lebih mengedepankan hukum lahiriah dan bukan kasih.
  
Saudara-saudari yang terkasih,  

Sebagai seorang beriman seringkali kita ditantang dan dipanggil untuk hidup berbeda bahkan berlawanan dengan “arus” yang sedang mewabah di masyarakat kita. Arus itu dihidupi oleh banyak orang tanpa sikap kritis padahal berlawanan dengan nilai kristiani dan mengorbankan orang lain. Dalam situasi ini kita ditantang mewujudkan iman kita dengan bertindak melawan arus meskipun di mata banyak orang terlihat aneh. Sikap ini diperlukan sebagai konsekuensi iman kita sekaligus bernilai kesaksian untuk membela yang benar dan demi kebaikan hidup bersama.  
Ada pengalaman kecil yang begitu sering saya lihat baik di tempat lampu pengatur lalu lintas maupun di palang pintu rel KA. Sudah jelas lampu menyala warna merah sebagai tanda setiap pengendara harus berhenti. Namun begitu banyak orang membunyikan klakson untuk terus lewat dan tidak mempedulikan lampu merah tersebut.  Dalam situasi ini beberapa kali saya lihat ada orang yang tidak mengikuti kemauan nekad tersebut, ia sedikit meminggirkan kendaraannya dan mempersilakan orang lain yang tidak sabar untuk nekad jalan terus melanggar lampu lalu lintas. Bagi saya pribadi ini begitu istimewa, ia berani bersikap beda dan tidak ikut arus kebiasaan tidak peduli pada aturan. Ia bersikap berbeda untuk keselamatan diri dan orang lain.  

Ada pengalaman lain yang saya alami waktu belanja di Alfa Mart. Setelah belanja dan membayar di kasir petugas kasir menyiapkan uang kembali yang tidak bulat, sebesar Rp.17.000. Waktu itu ia sulit menemukan uang rupiah duaribu dan yang tersedia rupiah lima belas ribu. Saya langsung mau pamit tidak menunggu dua ribu rupiah yang masih dicarikan. Putri petugas kasir menahan saya untuk menunggu sebentar dan setelah menemukan uang pecahan dua ribu rupiah memberikannya kepada saya dan sambil tersenyum mengucapkan terima kasih. Putri petugas kasir ini bagi saya adalah pribadi yang istimewa. Ia bertanggung jawab dalam tugasnya sebagai kasir sampai rupiah yang terakhir. Banyak orang mungkin akan menggangap tidak berarti uang dua ribu rupiah dan bahkan menyepelekannya. Bagi putri tersebut uang dua ribu rupiah tidak sekedar uang kecil yang tidak ada nilainya. Ia tetap berusaha mengembalikannya karena bukan haknya dan ia mau bertanggung jawab. Suatu sikap hidup yang memberi kesaksian betapa pentingnya bertanggung jawab secara penuh dan tidak menganggap sepele untuk barang atau uang yang bernilai kecil. Di balik sikap ini putri petugas kasir tersebut menjunjung tinggi nilai kejujuran. Kesaksian akan nilai kejujuran dan tanggung jawab menjadi begitu penting hidup di tengah masyarakat yang cenderung tidak menghargai barang dan orang kecil, tidak menghargai kejujuran dan lebih cenderung mengikuti konsumerisme meskipun dengan bertindak korupsi.  

Saudara-saudari terkasih,  

Mari kita menghayati iman kita secara tulus dan sederhana dan bila diperlukan tampil dan bersikap berbeda dengan arus jaman yang tidak lagi peduli terhadap hidup orang lain dan kepentingan bersama. Semoga sikap hidup yang kita pilih ini boleh menjadi suatu kesaksian yang menggugah hati nurani orang untuk peduli pada hidup dan kebaikan orang lain. 

Pertanyaan reflektif 

Kasih dapat diwujudkan dalam perkara-perkara kecil, misalnya jujur, teliti, tepat waktu, dsb. Apakah kita sudah setia dalam perkara-perkara kecil semacam ini? 

Marilah berdoa 

Ya Tuhan, terima kasih atas teladan begitu banyak orang yang melakukan perkara-perkara kecil dengan setia. Ajarlah kami untuk setia dalam perkara-perkara kecil. Amin. (P. Yohanes Purbo Tamtomo, Pr)

Anda merasa konten halaman ini menarik & bermanfaat juga bagi orang lain?

Yuk, bantu sebarkan kabar baik! Like & Share halaman ini dengan KLIK tombol di bawah ini:

Ayo simak terus selanjutnya...

Renungan Harian APP 2018 - Kesetiaan Berbuah Penyelamatan

Renungan Harian APP 2018 - Kesetiaan Berbuah Penyelamatan

14 Mar 2018

Kamis, 15 Maret 2018 Hari Biasa Pekan IV Prapaskah Kel. 32 7-14 Mzm. 106 19-20, 21-22, 23 Yoh. 5 ...

Selengkapnya
Renungan Harian APP 2018 - Firman, Pembawa Kehidupan

Renungan Harian APP 2018 - Firman, Pembawa Kehidupan

13 Mar 2018

Rabu, 14 Maret 2018 Hari Biasa Pekan IV Prapaskah Yes. 49 8-15 Mzm.145 8-9, 13cd-14, 17-18 Yoh. 5...

Selengkapnya
Renungan Harian APP 2018 - Bhinneka dan Tidak Peduli

Renungan Harian APP 2018 - Bhinneka dan Tidak Peduli

12 Mar 2018

Selasa, 13 Maret 2018 Hari Biasa Pekan IV Prapaskah Yeh. 47 1-9, 12 Mzm. 46 2-3,5-6, 8-9 Yoh. 5 1...

Selengkapnya

Ada pertanyaan atau komentar?

Yuk bagikan komentar kamu pada kolom di bawah ini. Pasti nanti akan ditanggapi. Terimakasih.