Pada tanggal 22 Agustus 2018, sebanyak 54 orang lektor dan 3 orang pemazmur, Sub Sie Lektor dan Pemazmur ‘nyepi’ ke BLK Tigaraksa untuk mendapatkan siraman rohani dalam rekoleksi yang dibimbing oleh Pr. Andre Delimarta SDB.
Rekoleksi diawali dengan ulasan singkat mengenai sejarah keberadaan BLK di Tigaraksa kemudian dilanjutkan dengan pemutaran video berisi Kisah 3 Pohon.
Pohon 1 mau menjadi peti harta karun yang berisikan barang-barang berharga, tp nyatanya menjadi palungan tempat makan ternak, yang akhirnya menjadi tempat tidur bayi Yesusm Raja segala Raja. Pohon 2 mau menjadi kapal pesiar mewah yang akan membawa para raja, orang-orang penting keliling dunia, tapi yang terjadi adalah hanya menjadi sebuah sampan. Iya, sampan tempat Tuhan dengan kuat kuasaNya meredakan angin badai. Pohon 3 tidak mau kemana-mana, hanya mau tumbuh menjulang tinggi sehingga Tuhan dimuliakan, ternyata ditebang dan menjadi salib, tempat setiap orang memandangnya sambil memuji Tuhan.
Seringkali apa yang kita impikan tidak terjadi, namun dengan caraNya yang ajaib Dia menjadikan lebih sempurna daripada yang dapat kita bayangkan.
PAD menceritakan awalnya tak terbayangkan menjalani panggilan menjadi pastor. Cita-citanya adalah menjadi jurnalis, reporter TV yang mengolah berita di TKP “yang seru”, seperti meliput perang di Timor Leste. Maka saat ditawarkan untuk berangkat ke sana pun ditanggapi dengan antusias. Kemudian persinggungannya sehari-hari dengan hidup dan karya para pastor di Fatumaca, interaksinya dengan anak-anak muda disana, menjadi pijakan langkah-langkahnya hingga ditahbiskan menjadi imam SDB.
Karya Roh Allah berhembus kemanapun Dia inginkan, tidak melulu dalam bentuk pewartaan sabda. Melalui hal-hal sederhana dan tak direncanakan pun seringkali terjadi. Misalnya saat melihat sosok seorang lektor yg sudah lanjut usia. Mungkin suara, intonasi, artikulasinya sudah melemah, namun ada yang bisa ditangkap adalah inspirasi berupa semangat tetap melayani walau sudah berumur.
Tidak ada peran besar, peran kecil, karena memberi itu adalah memanusiakan kita sendiri. Dan semakin dewasa semakin besar tanggung jawab yang mesti kita emban.
Mengapa melayani? (Yoh 21:18) (1) Perintah Tuhan (2) Kita telah menerima dengan cuma-cuma (3) Ungkapan syukur. Bila ketiga hal tersebut sudah dapat dicerna, maka kita pun akan mampu melayani dengan sukacita. Panggilan hidup bagi setiap insan untuk mencapai kekudusan tidak mutlak harus melalui kemampuan pengadaan mukjizat-mukjizat, namun cukup lakukan hal-hal biasa dengan luar biasa dan gembira. Sebab Tuhan melihat ke dalam hati kita, itulah persembahan yang paling berharga yang Tuhan kehendaki.
CSK – 23/8/18