PAROKI DANAU SUNTER

Terakhir diperbaharui: 27 February 2017
31-Jan-2003: Gereja Santo Yohanes Bosco


Setelah penantian panjang sejak 1984, akhirnya pada Jumat, pukul 17:30, tanggal 31 Januari 2003, bersamaan dengan hari pesta Don Bosco, Gereja St. Yohanes Bosco diberkati oleh Uskup Agung Jakarta Julius Kardinal Darmaatmadja, SJ.Puji Tuhan!   Beberapa ‘catatan’ sekitar pemberkatan Gereja adalah sebagai berikut:   

Pelaksana Pembangunan 
Pembangunan Gedung Gereja dilaksanakan oleh PT Bangun Kharisma Prima dengan biaya Rp 4,3 miliar.   

Undangan dan Panitia 
Untuk upacara dikirim kepada 1200 undangan, dan sekitar 250 orang menjadi anggota Panitia.   

Petugas Liturgi 
  • Koor dari Wilayah St. Servasius yang terdiri dari 42 anggota dan 6 pemain musik (dua di antaranya muslim), dengan dirigen Freddy Suban
  • Lektris: Katarina Tjan (Wilayah St. Anna)
  • Pemazmur: Andreas (Wilayah St. Servasius)
  • Prodiakon: Martin Liauw, Roedjito dan Victor Belang
  • Misdinar: 17 misdinar membantu misa konselebrasi Kardinal yang didampingi 25 Imam
  • Kolektan dan pembawa persembahan: wakil umat dari 7 Wilayah
  • Pengawas kolekte: Natalia Chandra (St. Servasius)
  • Komentator: Kelly Widyastuti (St. Servasius) dan Bernadus Subianto (St. Anna)  

Paroki ke-54 
Sampai beberapa hari sebelumnya masih ada issue bahwa meski gereja sudah diberkati, status stasi belum akan diubah menjadi paroki. Jadi, ketika Bapak Uskup mengumumkan Paroki St. Yohanes Bosco sebagai Paroki ke-54 di KAJ, maka seluruh umat yang hadir melakukan standing ovation selama satu menit...!   

Pintu Gereja 
Pada upacara pembukaan, Ketua PPGSS Bapak J.B. Murtiwiyono menyerahkan gedung gereja (yang dilambangkan dengan kunci pintu gereja) kepada Bapak Uskup. Kemudian Bapak Uskup memberikan sambutan singkat dan menyerahkan kunci pintu itu kepada Pastor Noel untuk membuka pintu gereja. Ketika pintu akan dibuka, pintu yang seharusnya ditarik malah didorong sehingga pintu tidak dapat dibuka! Seorang umat berkata, “Ditarik pastor”. Setelah pintu gereja terbuka, Uskup berseru kepada umat: “Marilah kita masuk ke rumah Tuhan...!” 
  
Tabernakel dan Lampu Tuhan 
Tabernakel berlapis emas ini diimpor dari Spanyol, berukuran panjang 50 cm, lebar 36 cm, tinggi 31 cm. Tabernakel ini sebenarnya sudah tiba di Bandara Soekarno-Hatta seminggu sebelumnya, tetapi sampai satu hari sebelum pemberkatan gereja, pihak KWI yang mengurus Tabernakel belum berhasil mengeluarkannya. Pastor Boedi lalu mengambil insiatif mengurus sendiri pengeluaran tabernakel itu. Maka pada tanggal 31 Januari 2003 pagi, ia bersama Ibu Lie Hua dan Bapak Yohanes Tjioe Hans, dibantu oleh Bapak George Agus (umat Paroki St. Lukas) pergi ke KWI untuk mengambil surat-surat izin pengeluaran barang. Kemudian dengan berbekal rekomendasi dari Bapak Thomas (Dirjen Bea Cukai, rekan Bapak Max Pongilatan), mereka pergi ke Bandara dan masuk ke Gudang Kargo untuk mencari sendiri Tabernakelnya! Setelah izin pengeluaran Tabernakel beres, mereka membawanya dan tiba di Gereja pukul 16:30, padahal Misa akan dimulai pukul 17:30. Jadi,Tabernakel dan Lampu Tuhan dipasang satu jam sebelum Misa Pemberkatan!

Panti Imam


Dinding Altar Gereja dari kayu jati asli ini dibuat nyaris tanpa ornamen. Salib Yesus dan Sakramen Maha Kudus merupakan satu-satunya ornamen di panti imam dan menjadi fokus visual bagi umat. Meja altar serta mimbar Sabda Allah dibuat dari batu marmer yang anggun.   

Corpus Yesus 
Corpus (Tubuh) Yesus dibuat oleh pemahat Katolik di Yogyakarta dari bahan resin dengan ukuran 180 cm.      

Kayu Salib 
Kayu salib setinggi 430 cm dibuat dari kayu ulin asli Banjarmasin, Kalimantan dan tidak di-finishing sama sekali. Jadi, warna kayu salib di gereja adalah warna aslinya. Salib ditanam di lantai gereja, tidak ‘menggantung’ di dinding altar, agar menyerupai keadaan aslinya.    

ICQUS   
Di atas altar secara samar tampak lambang gambar ikan dan tulisan ICQUS  (bahasa Yunani). Huruf ini merupakan pernyataan iman, “Yesus Kristus, Putera Allah, Penyelamat.”   

Salib Tiang 
Salib tiang yang dibawa Putera Altar pada waktu perarakan sebelum Misa adalah hadiah dari Sr. Paola Battagliola, FMA yang dibawa dari Italia.   

Patung Hati Kudus Yesus 
Patung dengan tinggi 105 cm ini dibeli dari Toko Buku “Obor” pada tahun 2001 dan sekarang ditempatkan di Kapel. Patung hati Kudus Yesus ini diletakkan di Gereja pada setiap Hari Jumat Pertama.

Patung Devosi




Di dalam gereja ada dua buah patung devosi, yakni patung Maria Penolong Umat Kristiani (tinggi 150 cm) dan Don Bosco (tinggi 162 cm). Kedua patung ini buatan Italia dan merupakan sumbangan dari Komunitas SDB Timor Timur melalui Pastor Locatelli, SDB. 

Bangku Gereja 
Bangku-bangku gereja dibuat dari kayu kamper dengan kapasitas tempat duduk untuk 900 umat. Ketika bangku gereja diterima, finishingnya masih belum selesai. pembuatnya mengatakan, bangku itu dipakai saja dulu untuk peresmian gereja dan sesudah itu baru akan dikerjakan finishingnya L. Akan tetapi Pak Henry Chandra tidak mau menerima hal tersebut. Sehingga selama beberapa hari ia menutup pabriknya di Tangerang dan mengerahkan seluruh karyawannya untuk mengerjakan finishing bangku-bangku gereja, termasuk mengerjakan jembatan di depan gereja, agar semua tepat waktu. Seluruh bangku ditata sedemikian rupa, sehingga walaupun umat duduk di bagian sisi, tetapi tidak harus berpaling jika melihat ke arah Altar.   Setelah sekian tahun umat tidak berlutut jika mengikuti misa di Wisma / Aula, akhirnya mulai hari itu umat dapat berlutut kembali sebagai ungkapan menyembah Tuhan.

Kapel
Kapel dengan kapasitas 30 umat dilengkapi alat pendingin ruangan disediakan bagi umat yang mau berdoa dalam suasana yang lebih hening, lebih tenang, kapan saja, atau untuk devosi khusus.

Jalan Salib
Sebanyak 14 buah relief gambar Jalan Salib di dinding gereja dengan ukuran tinggi 180 cm dan lebar 155 cm ini dibuat dari bahan fiber oleh pemahat patung di Yogyakarta. Meski demikian, Jalan Salib di Paroki lebih sering dilakukan di halaman gereja.   

Ruang Pengakuan Dosa 
Tersedia dua buah ruang pengakuan dosa yang dilengkapi dengan alat penyejuk. Di atas pintu ruang pengakuan terdapat dua ‘lampu pengakuan’ yang akan menyalabila ada pastor yang siap menerimakan sakramen pengakuan dosa dan bila ada umat yang berlutut untuk mengaku dosa.   

Buku Kenangan
“Buku Kenangan Peresmian Gereja” rencananya akan dibagikan ketika para tamu tiba. Namun ketika tamu mulai berdatangan, buku masih di Percetakan. Buku Kenangan ini baru diterima di Gereja secara berangsur-angsur mulai pukul 17:10-17:30...

Paroki Danau Sunter 
Nama sebuah paroki biasanya diikuti dengan nama lokasinya (selain nama gerejanya). Oleh karena itu, dalam sebuah rapat Dewan Paroki Harian, dilakukan pemilihan nama Paroki.  Karena nama Paroki Sunter sudah dipakai oleh Gereja St. Lukas, maka dipilih nama Paroki Danau Sunter. Nama ini dipilih di antara beberapa usulan nama lainnya, seperti Paroki Sunter Selatan, Paroki Sunter Danau, atau Paroki Sunter Indah.     

Don Bosco Bapa Terkasih 
Lagu ‘Don Bosco Bapa Terkasih’ yang dinyanyikan sebagai lagu penutup misa, disadur dari lagu ‘Don Bosco Retorna’ (Bahasa Italia = Don Bosco Kembali). Lagu ini diciptakan oleh Pastor Gregorio, SDB untuk perayaan Beatifikasi Don Bosco tahun 1929, yang bersamaan dengan pemindahan jenazah Don Bosco dari Valsalice ke Torino.   Lagu ‘Don Bosco Retorna’ diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia tahun 1995 di Wisma SDB Sunter atas inisiatif dari Pastor Carbonell. Lagu ini mulai dinyanyikan pertama kali di Stasi pada awal Januari 2002 sebagai lagu penutup misa sekaligus sebagai persiapan pemberkatan Gedung Pastoran dan Plaza Maria. Awalnya lagu ini hanya ada liriknya, kemudian pak Wiyana yang membuatkan not lagunya. Dikemudian hari, menyanyikan lagu ‘Don Bosco Bapa Terkasih’ sebagai lagu penutup misa selama bulan Januari menjadi tradisi di paroki kita.